
Aku jatuh cinta sama orang yang tidak mungkin aku cintai. Aku menganggapnya seperti adikku sendiri, padahal terkadang perasaanku berbeda terhadapnya. Mengapa ini bisa terjadi. Alisa namaku, dan aku pikir berteman sudah cukup lama dengannya. Aku merasa tidak pantas suka sama dia, too old. Mungkin orang tidak akan beranggap itu tapi hatiku iya, aku tidak akan pernah bisa mengungkapkan perasaan ini sampai kapanpun. Rafi adalah cowok yang dekat denganku, aku merasa nyaman saat berada didekatnya. Rafi cowok yang pernah terlebih dahulu dekat dengan adikku mungkin karena itu juga tidak akan mungkin. Aku ingin menjauhinnya tapi tidak bisa, perasaanku selalu ingin bercerita dengannya. Hari ini dia akan pulang dari Malaysia, dan dia akan bertemu aku hari ini. Aku tidak mungkin bertemu dengannya karena berarti aku sudah menantang cinta, tapi aku tetap bertemu dengannya dan aku tetap dengan perasaanku. Awalnya aku merasa biasa saja, yang seperti aku bilang menganggap dia adikku. “mau kemana kamu?”, mama memanggilku dan aku harus bicara apa. “Aku mau pergi sama sahabatku ma?”, mama tersenyum dan bilang hati-hati kepadaku. Aku yang duduk diam didalam mobil menuju bandara hanya menghelakan nafas panjang dan hatiku berdebar kencang rasa ingin copot. Akupun ditelephone oleh sahabat dekatku Ana, dia ingin bertemu aku juga tapi hari ini dia membatalkan janji karena dia akan pergi dengan pacar yang sangat dia cintai. Terpaksa aku tetap akan sendiri bertemu dengannya, dengan modal nekat!. Sesampai aku dibandara rasanya semua berubah menjadi seperti salju atau bisa dibilang lemari es yang dingin sekali. “Hey,,,,”. Tiba-tiba ada yang memanggilku dari belakang, aku tidak tahu itu siapa tapi hatiku sudah rasanya ingin aku copot saja dan mukaku memerah seperti kepiting rebus. Semua berubah saat aku berbalik, senyuman itu sangat aku kenal dan khas sekali dari bibir manisnya. “bagaimana kau bisa?”, terpotongnya pembicaraanku sampai aku tidak bisa bicara lagi saat dia memelukku dengan erat. Rafi langsung menarikku pergi dari bandara itu, sudah tidak sabar ingin berbincang-bincang tentang masalah Ibu Kota Jakarta yang dia tidak ketahui sebenar-benarnya sudah sangat kacau. Kamipun berbincang-bincang walaupun akhirnya aku merasa sudah tidak terlalu dingin lagi karena suasana sudah berubah menjadi hangat. Tatapan matanya yang tidak ingin aku melihatnya, rasanya aku tidak akan pernah mau melihatnya. “Kamu jadi lebih kurus sekarang?”. Aku hanya tersenyum tidak pasti, lalu kami tertawa kembali sampai akhirnya aku harus pulang karena sudah terlalu malam. Rafi tidak mengantarku sampai rumah karena aku takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, mamaku akan marah bila mendengar aku diantar oleh laki-laki karena aku tadi berbicara dengan sahabatku, sebenarnya aku ingin jujur. Mama sudah berbicara sebelum Rafi datang ke Jakarta, jangan sampai adikku mengetahuinnya karena dia sedih aku bisa dekat dengannya. Mungkin suatu saat aku tidak pernah tahu akan mengorbankan perasaan atau tidak?. Lebih baik aku buang jauh-jauh tentang cinta untuknya, Rafi maksudku. “Darimana kamu?”. Rasanya bagiku saljupun kalah dengan panggilan mama terhadapku, aku langsung mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan aku lapar ingin makan. Setelah aku selesai mandi karena tadi habis berpergian, rasanya badanku sudah lengket karena polusi udara yang semakin bertambah kacau. Saat aku ingin keluar kamar karena mama memanggilku untuk makan, handphoneku berbunyi dan ternyata message dari Rafi. Entah mengapa aku tidak pernah bisa lepas dari hubungan dengannya, apalagi sekarang dia ada di Jakarta. Begini rasanya jatuh cinta sama dia, tidak pernah sedikitpun dari mulutku keluar kata sayang atau cinta hanya kata-kata yang membuat tertawa saja. Kami sangat senang dengan kata-kataan seperti?, aku rasa seperti orang tolol. Sahabatku hanya berkata, jangan pernah ambil keputusan terburu-buru. Apakah aku mengambil keputusan terburu-buru, karena aku pikir itu wajar setiap hari kami saling berhubungan lewat telephone. Sekarang dia mulai bertanya-tanya masalah cowok yang aku suka, maaf maksud aku Rafi mulai bertanya-tanya. Aku rasa Rafi hanya menganggapkku teman dekatnya saja tidak lebih. Aku takut sakit hati lagi, aku takut akan terulang lagi kisah sakit hatiku. Kapan aku berani untuk mengungkapkan perasaanku ini, tapi tidak mungkinlah. Pagi ini aku sedang balas-balasan message pendek dari handphone, rasanya aku tidak sanggup dekat dengannya karena aku pikir sudah terlalu jauh melangkah untuk menyukainya. “Kamu hari ini mau kemana?”, Mama bertanya padaku tetapi aku ingin dirumah hari ini, karena aku ingin berpikir bagaimana cara menghilangkan perasaan suka terhadapnya. Aku dan Rafi tetap berhubungan seperti biasanya layaknya seorang teman, waktu cinta yang akan menentukkan ini semua. Aku sudah tahu jawabannya dan tidak akan pernah ada akhir bukan, jika tidak ada jawabannya. Aku akhiri sampai sini biarlah cerita cinta ini sampai sini, aku lebih bahagia dia selalu ada disampingku sebagai teman dan aku rasa lebih pantas jadi teman. Aku suka sama kamu Rafi dan aku harap bisa selamanya bersamamu karena itu aku akan jadi temanmu selama aku sanggup.
-Good bye -
ALISABiar perasaan ini jadi perasaan yang paling berarti sekarang aku sudah biasa dengan ini semua. Lebih baik seperti ini dan akan menjadi paling berarti dalam hidupku. Sebuah catatan kecilku ini, bahwa menyukainya bukan berarti aku harus memilikinya. Dia akan mendapatkan yang lebih dariku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar